Mossad Ungkap Rahasia Pembunuhan Pendiri Jihad Islam, Dr. Fathi Shikaki

Posted on Juli 18, 2007

26


Infopalestina: Dalam sebuah sisipan mingguan di harian Israel Yedeot Aharonot, akhir Juni 2007, diturunkan laporan khusus yang membahas salah satu bab dari buku “Nuqtatul Laa-‘Audah” (Titik Tak Kembali), karya jurnalis Rownin Bergman, yang mengungkap kronologis detail rencana pembunuhan pendiri gerakan Jihad Islam, Dr. Fathi al Shikaki, pada Oktober 1995, di Malta, Italia, sekembali korban dari sebuah konferensi di Libia.

Dalam buku ini disebutkan bahwa PM Israel Yitzhak Rabin pada Januari 1995 memerintahkan pembunuhan Shiqaqi menyusul serangan yang dilakukan gerakan Jihad Islam dalam aksi Beit Leid yang menewaskan 22 orang Israel dan mencederai 108 orang lainnya. Setelah instruksi dikeluarkan, Mossad mulai mempersiapkan operasi pembunuhan melalui kesatuan “Sel Caesar”. Shikaki sendiri sebelum aksi serangan di Beit Leid bertahun-tahun berada dalam pantauan Israel. Bahkan Israel sempat memastikan keberadaan Shikaki di Damaskus dengan mudah, namun Kepala Bidang Intelijen Militer Israel Ory Shagi mengingatkan bahaya atas operasi pembunuhan teresbut karena akan memicu kemarahan besar pihak Suriah.

Rabin menerima nasehat Shagi dan memerintahkan persiapan rencana alternatif untuk membunuh Shakaki di luar Damaskus. Mossad mengatalam kesulitan atas instruksi ini, namun tetap melaksanakan sesuai dengan apa yang diinginkan Rabin. Shikaki, sebagoi tokoh yang menjadi buron musuh, tidak banyak keluar dari Damaskus, dan dijaga ketat, sebagaimana dinyatakan orang-orang Israel. Menurut sumber-sumber Mossad, Shikaki hanya bepergian ke Iran melalui jalur perjalanan udara langsung.

Meski mengalami kesulitan, Mossad membuat rencana alternative dan berupaya untuk melaksanakannya. Pada awal bulan Oktober tahun 1995, Shikaki mendapatkan undangan untuk mengikuti koferensi yang mempertemukan para petinggi organiasi-organisasi (Palestina) di Libia. Mossad mendapat informasi bahwa Said Musa Mirarah (Abu Musa) dari Fatah akan ikut hadir dalam konferensi ini. Salah seorang anggota Mossad, yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa Abu Musa adalah seteru Shikaki. Bila dia ikut dalam konferensi maka Shikaki pasti akan ikut. Maka orang-orang khusus Mossad diminta untuk melakukan persiapan.

Ruter perjalanan Shikaki menuju Libia sudah diketahui oleh Mossad dari perjalanan-perjalanan sebelumnya, yakni melalui Malta, maka anggota satuan Caesar mempersiapkan dua rencana:

1. Menculik Shikaki saat berangkat dari Malta menuju Libia. Namun rencana ini tidak disetujui Rabin khawatir akan menyulitkan secara internasional.

2. Adapun rencana kedua adalah menghabisi Shikaki saat berada di Malta. Maka para intelijen Mossad dikerahkan ke Malta dan menunggu Shikaki di bandara.

Dalam penerbangan pertama, kedua dan ketiga Shikaki tidak muncul. Para agen Mossad pun kehilangan harapan bahwa Shikaki akan mendarat di Malta. Namun mereka mendengar suara salah seorang rekan mereka di alat komunikasi yang mengatakan: sebenta … sebentar … sebentar, di sana ada seorang duduk di di sebelah sendirian. Seorang agen Mossad mendekati lokasi yang dimaksud, dan berkata sekali lagi di alat komunikasi: nampaknya dia orangnya. Dia memakai rambut palsu untuk penyamaran.

Sesaat Shikaki menunggi di Malta. Selanjutnya dia berangkat ke konferensi di Libia. Tanpa dia sadari bahwa dirinya berada dalam pantauan agen-agen Mossad. Menurut keterangan sumber Mossad, di sana (Libia) Shikaki bertemu dengan Abu Musa dan Thilal Naji, salah seorang petinggi Front Pembebasan Rakyat Palestina (PFLP) – Komando Umum di bawah pimpinan Ahmad Jibril.

Pada 26 Oktober, Shikaki kembali ke Malta. Mossad mengetahui bahwa dia menggunakan passport Libia dengan nama Ibrahim al Shawish. Tidak ada kesulitan berarti bagi Mossad untuk menemukan lokasi Shikaki di Malta, berdasarkan namanya di passport. Shikaki sampai di malta pagi hari itu juga. Dia menyewa sebuah kamar Hotel yang terletak di sebuah kota yang nyaman dan aman.

Dia menyewa kamar no. 616 untuk satu malam. Pada pukul setengah dua belas siang, Shikaki keluar dari hotel untuk berbelanja. Dia masuk toko dan membeli baju. Kemudian berpindah ke toko lain dan membeli tiga buah kemeja. Demikian menurut kronologi yang diungkap Mossad. Shikaki terus melanjutkan berjalan kaki di Malta tanpa menyadari sebuah sepeda motor merek YAMAHA telah menguntitnya sepanjang perjalanan penuh kewaspadaan.

Pengendaran sepeda motor mendekati Shikaki hingga berada di sampingnya dengan penuh hati-hati. Dan seorang yang dibonceng dibelakngnya mengeluarkan senjata dari balik baju yang dilengkapi dengan peredam suara langsung menembak Shikaki. Tiga timah panas menembus kepalanya hingga yakin bahwa dia tidak akan lolos dalam keadaan hidup dalam aksi pembunuhan ini.

Langkah selanjutnya adalah membersihkan lokasi dari segala bukti dan menjauhkan penyelidikan sejauh-jauhnya dari kemungkinan keterlibatan Israel. Sumber Mossad menyebutkan bahwa sepeda motor yang digunakan dalam operasi pembunuhan Shikaki diculi semalam sebelum pelaksanaan aksi dan berhasil dibersihkan dari Malta, tanpa menyebutkan detail pembersihan itu.

Belakangan diketahui bahwa anggota sel Caesar yang melancarkan operasi pembunuhan terhadap Shikaki, mereka juga terlibat dalam upaya percobaan pembunuhan terhadap Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas di Amman, Yordania, Senin (22/03/97), dan berhasil dibongkar di kemudian hari. Mossad melihat aksi pembunuhan Shikaki adalah salah satu operasi paling sukses yang dilakukan dinas intelijen luar negeri Israel ini. Namun aksi ini telah memasukan Israel dalam kondisi kesiagaan penuh setelah mendapatkan serangkaian ancaman serangan aksi pemboman.

Dr. Fathi Shikaki lahir di kamp pengungsi Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza, pada tahun 1951. Menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran di Universitas al Zaqariq, Mesir. Dia mendirikan gerakan Jihad Islam di Palestina bersama rekan-rekan Palestina yang belajar bersama dia di Mesir. Lebih dari sekali ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara Israel. Di antaranya tahun 1983 dan 1986. Kemudian dibuang ke Libanon pada tahun 1988 setelah meletus intifadhah pertama. (seto)

Posted in: Palestina, Zionis